Motivasi Bawaan

Oleh M Musrofi dipublikasikan pada 23 Februari, 2025

Pengantar

Setiap anak itu memiliki cara yang berbeda untuk menanggapi atau merespon apa-apa yang terjadi di luar dirinya:

  • Ada yang merespon pertama kali dengan perasaannya (afektif) terhadap apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Disebut tipe afektif.
  • Ada yang merespon pertama kali dengan pikirannya (kognitif) terhadap apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Disebut tipe kognitif.
  • Ada yang merespon pertama kali dengan pikirannya (kognitif) terhadap apa-apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Disebut tipe kognitif.
  • Ada anak yang sangat bersemangat ketika ada persaingan, diberikan tantangan, diberikan target-target tertentu. Disebut tipe kritikal.
  • Sebagian besar anak memiliki tipe afektif atau kognitif. Hanya sebagian kecil anak yang memiliki tipe reflektif atau kritikal.

Mengetahui tipe motivasi bawaan ini sangat penting, agar Anda dan guru bisa berinteraksi dengan nyaman dengan anak. Bagaimana penjelasannya? Bacalah ilustrasi di bawah ini.

Anak Bertipe Afektif dengan Anda atau Guru Bertipe Afektif

Kalau Anda dan anak Anda keduanya bertipe afektif, maka apa yang terjadi?. Keduanya lebih menggunakan perasaannya dalam berinteraksi. Oleh karena itu bisa saling menjaga perasaan masing-masing.

Misalnya Anda pulang dari kantor, dan di kantor tadi Anda merasa tertekan. Perasaan tertekan itu masih terbawa di rumah. Boleh jadi Anda menjadi kurang terkendali dalam berkata atau bersikap ke anak Anda. Mungkin keluar kata-kata negatif ke anak Anda. Atau sikap Anda ke anak yang berubah membuat anak. Ini semua bisa menyebabkan anak merasa tidak nyaman.

Supaya hal tersebut tidak terjadi, tentu Anda sekuat tenaga mengendalikan rasa tertekan di kantor untuk tidak terbawa di rumah. Ini tidak mudah, tetapi bisa diusahakan. Kebalikannya, misalnya anak baru tertekan di sekolahnya, bisa jadi di rumah keluar kata-kata negatif anak ke Anda. Atau sikap anak yang membuat Anda tidak nyaman.

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa adalah penting Anda tahu tipe motivasi bawan anak Anda. Dan lebih baik lagi kalau Anda mengetahui juga tipe Anda. Jadi bisa saling menjaga.

Anak Bertipe Afektif dengan Anda atau Guru Bertipe Kognitif

Kalau anak bertipe afektif, sedangkan Anda atau guru bertipe kognitif, apa yang bisa terjadi? Tipe kognitif cenderung kalau mengatakan sesuatu apa adanya. Lain halnya dengan tipe afektif, kalau mengatakan sesuatu yang tidak bagus cenderung “dibungkus” dengan kata-kata yang halus.

Misal, karena Anda kognitif, Anda melihat pakain anak Anda kotor, Anda langsung mengatakan,”Kamu jorok, pakainmu kotor banget.” Memang faktanya pakaian kotor. Dan tipe kognitif mengatakan apa adanya sesuai fakta itu. Dan mungkin tidak bermaksud memojokkan atau mengejek anak. Tetapi anak tipe afektif akan merasa tertekan dengan kata-kata itu.

Anak Bertipe Kognitif dengan Anda atau Guru Bertipe Afektif

Kalau anak bertipe kognitif, sedangkan Anda atau guru bertipe afektif, apa yang bisa terjadi? Tipe kognitif cenderung kalau dinasihati, dia tidak langsung bisa menerima nasihat itu. Kalau menurut si anak, nasihat itu belum masuk akal pikirannya. Maka, anak cenderung "ngeyel". "Ngeyel" adalah kata negatif dari respon anak yang belum masuk akal pikirannya.

Nah, Anda yang bertipe afektif, menghadapi anak tipe kognitif, bisa jadi Anda sering jengkel. Karena itu, mengetahui tipe motivasi bawaan menjadi sangat penting. Anak tipe kognitif membutuhkan alasan yang masuk akalnya. Yang tidak mudah adalah memberikan alasan yang masuk akal karena dia masih kanak-kanak.

Anak Bertipe Kognitif dengan Anda atau Guru Bertipe Kognitif

Anak dan Anda atau guru keduanya bertipe kognitif, apa yang bisa terjadi? Maka keduanya membutuhkan alasan yang masuk akal ketika keduanya saling berinteraksi. Kalau keduanya tengah “ngobrol”, mungkin bisa panjang lama. Karena keduanya sama-sama ingin penjelasan atau alasan yang masuk akal.

Anda dan Guru Sebaiknya Memperlakukan Anak Sesuai Tipe Motivasi Bawaan Anak

Mungkin Anda sendiri belum tahu apa tipe motivasi bawaan Anda. Yang penting adalah Anda mengenali tipe motivasi bawaan anak. Kemudian Anda berinteraksi dengan anak sesuai tipe motivasi bawaan anak. Karena tanpa disadari, Anda menggunakan tipe motivasi bawaan Anda dalam memperlukan anak. Jadi cenderung tidak memperlakukan anak, sesuai dengan tipe motivasi bawaan anak.

Hal itu umum terjadi. Secara tanpa disadari, seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, orang itu menggunakan motivasi bawaannya. Misal, seseorang bertipe afektif. Maka orang ini cenderung memperlakukan orang lain, seperti dia memperlakukan dirinya sendiri.

Catatan

Apabila Anda sudah mengikuti tes kakmi, maka kami telah menuliskan dan menjabarkan bagaimana cara memotivasi berbagai tipe tersebut, apa saja kelamahannya, dan bagaimana mengatisipasinya.